National Flora Flori Week (PF2N) Jogjakarta 2013
Last updated: 29 October 2013 | 14:35
" Indonesian Horticulture, A healthy Lifestyle"
Merupakan kegiatan tahunan yang digelar oleh Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Dengan mendukung Thema: " Hortikultura Nusantara sebagai Gaya Hidup Sehat" atau " Indonesian Horticulture, A healthy Lifestyle" , Rabu, 2 Oktober 2013 kegiatan ini dibuka resmi oleh Menteri Pertanian Ir.H.Suswono, MMA didampingi Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Acara ini dilaksanakan mulai 2-7 Oktober 2013 yang diikuti lebih kurang 184 perwakilan peserta pameran baik dari pemerintahan di tingkat provinsi, kabupaten maupun swasta yang umumnya bergerak di bidang pertanian meliputi bibit, pupuk, pestisida, teknologi pertanian dan media informasi pertanian.
Asosiasi Bio-Agro-Input Indonesia (ABI) yang saat ini bekerjasama dengan GIZ dalam " ASEAN Biocontrol Project for Sustainable Agri-food Systems" ikut berpartisipasi dalam pameran.
Turut mengisi stand ABI, beberapa perusahaan anggota diantaranya: PT Primasid Andalan Utama, PT HETTS Biolestari, PT Survindo Global, dan PT Tektonindo.
ABI Cabang Sumatera Utara dalam kesempatan ini juga hadir mempromosikan produk-produk organik dari calon-calon anggota ABI seperti PT Surya Pratama Citra Lestari, CV Morawa Organik, dan CV Bukit Kembang Jaya.
Antusias pengunjung cukup tinggi., ini terlihat dari intensitas kunjungan mulai di hari pembukaan hingga penutupan acara.
Pelaksanaan PF2N ini tergolong sukses dimana setiap hari seluruh stan dipadati baik pengunjung yang berasal dari kota Jogjakarta maupun dari daerah lain.
Ada beberapa yang unik yang ditemui pada stand ABI, dimana pengunjung yang datang terkagum-kagum melihat semangka jenis " Nina" dengan bobot hampir mencapai 17 Kg per buah yang ditampilkan PT.Primasid Andalan Utama. Para pengunjung berkesempatan memotret buah-buahan tersebut, bahkan berniat untuk membeli.
Dibanding ratusan stand lainnya, stan ABI terbilang sangat sederhana, namun barang yang ditampilkan tetap menarik perhatian pengunjung.
Salah satu yang tidak kalah menarik perhatian adalah senyawa penarik hama lalat buah milik PT. Tektonindo Henida Jaya. Perangkap sederhana ini terbuat dari botol aqua bekas yang diikat pada sepotong bambu dimana di dalamnya diisi antilat.
Ini sungguh-sungguh memberikan inspirasi bagi petani untuk memanfaatkan barang bekas, apabila mereka tidak ingin membeli perangkap atau Flight Trap.
Tercatat hampir dua ratus pengunjung yang mampir di stand ABI untuk mendapatkan berbagai informasi tentang produk yang ditampilkan.
Panitia pelaksana sangat kreatif dalam menarik minat pengujung. Berbagai kegiatan baik suguhan seni tradisional diantaranya campur sari, tari-tarian, lomba makan sayuran, mengukir buah semangka, workshop, parade band serta wisata agro dengan mengunjungi Kebun Salak pondoh (Sleman), Jambu Dalhari (Sleman), Sayuran di Lahan Marjinal dan Wisata Alam Pantai Parangtritis (Bantul) serta Kebun Buah Naga.
Pameran kali ini bernuansa organik dimana rata-rata peserta baik yang berasal dari dinas pertanian maupun balai penelitian daerah mengusung teknologi pertanian organik yang ramah lingkungan baik yang sudah diproduksi secara komersial maupun produk rintisan.
Teknologi pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) menggunakan system perangkap juga sangat diminati. Bahkan beberapa dinas pertanian dan balai penelitian pertanian seperti dari Kalimantan Barat dan Timur, Sulawesi Utara, Riau, dan Kabupaten Luwu Barat telah menunjukkan keinginan untuk dapat bekerja sama dengan anggota ABI dalam hal pengendalian OPT.
Senin, 7 Oktober 2013, resmi ditutup oleh Wakil Menteri Pertanian, Rusman Heriawan dan Wakil Gubernur Jogjakarta, Paku Alam ke 9.
Diakhir kegiatan dilakukan penyerahan hadiah kepada para pemenang perlombaan serta Pataka kepada Provinsi Sulawesi Selatan sebagai tuan rumah Pekan Flori dan Flora tahun berikutnya.
Ada catatan penting yang bisa kita jadikan bahan pembelajaran dari kegiatan ini yaitu;
Tren perkembangan dan isu mengenai teknologi pertanian yang ramah lingkungan sudah cukup pesat. Hal ini perlu diantisipasi terutama dalam mengakomodir kebutuhan masyarakat akan informasi mengenai teknologi pertanian ramah lingkungan. (ABI )